Wednesday, July 16, 2014

A green new deal for the economy

A new report released by the World Bank has said something that many of us have been arguing for a long time – that dealing seriously with climate change will not damage the economy, as many sceptics claim, but will instead actually boost it. The Bank found that climate change mitigation and adaptation measures could contribute trillions of dollars to the world economy through new jobs, better productivity for farmers, and fewer public health problems.
Jobs could include research and development of new technologies, installing renewable energy projects or retrofitting houses to be more efficient, and a wide range of public transit jobs as car use is discouraged. Crops will be likely to grow more productively as soil quality improves and water is conserved. And public health will be benefited by cleaner water, more nutritious food, and fewer deaths from climate extremes such as heatstroke or freezing.
Of course, money will be needed for this, and a coordinated effort by governments and the public sector, and this is something that the report does not address. Due to the World Bank’s extreme capitalist ideology, they assume that all of the necessary measures can be taken by private companies through a mix of tax incentives (i.e. allowing ‘green’ companies to pay less tax) and new regulations (i.e. controlling what companies can legally do in order to force them to become ‘green’).
This would be very nice, and private companies should absolutely be encouraged to contribute to climate change mitigation and adaptation. But the idea that, in our current capitalist system, companies will take the strong steps that we need purely out of their own self-interest is misguided. The public sector will have to play a large role in bringing forward a ‘Green New Deal’. This means the government will have to be involved in large public infrastructure projects, job creation, designing and implementing new transit systems, and so on. And this means that money must be raised for such projects.
The World Bank report avoids mentioning this, but such revenues could easily be brought in by a tax on carbon. We have discussed this previously in this blog, arguing that rather than the current weak, market-led system for carbon pricing, governments need to simply begin taxing carbon emissions – this will bring in large amounts of revenue in the beginning, as well as quickly forcing companies to find efficiencies and alternatives to their current carbon emissions, essentially achieving two goals with one policy.
States can use the money from the carbon tax to implement Green New Deal policies like the ones suggested by the World Bank, thus further growing the economy and bringing in even more revenue, which in turn can be used to further improve other social systems, such as health, education, social security, and more.
If we are going to truly go green and make our economy sustainable and healthy, we need to approach things in a non-dogmatic way and accept that everyone must play a part – public sector, private sector, and individual citizens. All of us must work together, and we must use all the tools at our disposal if we are going to advance. The World Bank report is a start, although it ignores the important role of government spending – an ideological position that we need to get over if we are going to make real progress.

[ better productivity for farmers, carbon pricing, cleaner water, climate, climate change, climate change mitigation, current capitalist system, damage the economy, development of new technologies, extreme capitalist ideology, government spending, green companies, green deal for economy, Green New Deal, growing the economy, ideological position, individual citizens, job creation, make real progress, new jobs, new regulations, new transit systems, nutritious food, pay less tax, private companies, private sector, public health, public health problems, public infrastructure projects, public sector, public transit jobs, renewable energy projects, retrofitting houses, social systems, soil quality improves, sustainable economy, tax incentives, tax on carbon, taxing carbon emissions, the World Bank report, World Bank, world economy ]

Wednesday, July 9, 2014

Kurangi Greenpeace, Lebih Banyak Tenaga Ramah Lingkungan

Keadaan semakin buruk bagi LSM lingkungan yang (pernah) dijunjung tinggi, Greenpeace. Kebocoran terbaru menunjukkan bahwa departemen keuangan mereka pada dasarnya tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh LSM ini, dikabarkan bahwa mereka kehilangan $3 Juta AS dalam spekulasi pasar mata uang (skenario yang khususnya sangat aneh mengingat sayap kiri yang umum ini tidak menyukai perusahaan dan lembaga keuangan), dan mereka kembali diserang lagi ketika diketahui bahwa salah satu direktur kampanye mereka biasa melakukan perjalanan dinas dari Luksemburg ke Amsterdam – sangat ironis bagi LSM yang ‘hijau’ di setiap namanya.


Tampaknya semua hal yang salah tetap dilakukan, meskipun ini bukan hal yang pertama – beberapa kampanye Greenpeace beberapa tahun lalu juga gagal. Mereka diminta oleh Wilayah Samudra Hindia Britania untuk melakukan pelestarian laut, keputusan yang kemudian diketahui oleh saluran Wikileaks mengenai apa yang diinginkan oleh pemerintah AS dan Inggris Raya – rancangan pelestarian laut ini memiliki maksud bahwa pulau tersebut dapat terus digunakan sebagai basis militer AS dan juga secara besar-besaran mengurangi kesempatan penduduk asli pulau tersebut untuk kembali.

Beberapa peserta kampanye akar rumput menjadi sangat tidak puas dengan fokus Greenpeace pada pertunjukkan besar dan ramah media yang melibatkan, mendaki, membangun, atau menginvasi kilang minyak. Hal ini sangat jauh dari niat baik publik yang dirumuskan oleh organisasi ini pada tahun 1960an dan 70an, dan ketika mereka berlayar mengelilingi dunia dengan kapal Rainbow Warior yang kemudian diledakkan oleh pemerintah Prancis karena masalah yang ditimbulkan olehnya.

Sangat disayangkan melihat kegagalan LSM yang pernah berjaya, namun disamping angan-angan beberapa sayap kanan dan para penyangkal perubahan iklim, ini bukanlah akhir dunia akan pergerakan hijau – ini hanya menunjukkan betapa pentingnya memiliki gerakan akar rumput yang terorganisir dan kuat, demikian juga LSM dan badan amal terpisah dan profesional.

Terdapat sebuah argumen jika LSM tersebut mendapatkan lebih banyak rasa hormat dari para politikus daripada dari gerakan akar rumput dan oleh karena itu, mereka lebih menguntungkan sesuai dengan tujuan para politikus. Mereka tahu bagaimana berbicara dengan bahasa yang sama seperti politikus, dan untuk menggunakan saluran formal dalam pelaksanaannya; mereka memiliki uang untuk membuat iklan-iklan dan menjalankan kampanye ditargetkan yang dimengerti oleh politikus; mereka sering terlihat seperti politikus (LSM hijau di barat cenderung memiliki staf terutama yang berkulit putih, sama seperti pemerintahan barat).

Namun pada akhirnya, kekuatan asli dari setiap LSM berasal dari ancaman implisit atau eksplisit yang mereka dapatkan dari orang-orang di belakang mereka yang siap menunjukkan dukungan untuk sebuah alasan. LSM memiliki uang, namun tidak sebanyak pelobi minyak atau perusahaan lain – mereka harus memiliki banyak pendukung di belakang mereka untuk benar-benar menakuti politikus agar mendengarkan mereka. Mereka juga membutuhkan gerakan akar rumput dari orang biasa di belakang mereka hanya untuk membuat mereka terlihat normal – untuk memberitahukan kebijakan apa yang mereka wujudkan dan kebijakan lain yang harus dihentikan, dan untuk meyakinkan mereka tidak lupa atas cita-cita asli dan secara harafiah berubah menjadi membosankan, dan juga para politikus status quo seharusnya menjadi lawan.

Gerakan akar rumput seperti Occupy di AS dan Climate Camp di Inggris Raya telah berhasil mendapatkan reaksi kuat dari masyarakat, meskipun tidak bekerja sama dengan LSM. Reaksi kekerasan oleh polisi dan politikus terhadap gerakan ini menunjukkan bahwa mereka didorong dan memiliki dukungan yang cukup untuk menstimulasi perubahan nyata, bahkan jika mereka tiba-tiba ditutup oleh kekuatan masyarakat. Jika kita dapat terus membangun gerakan mendukung keadilan sosial dan lingkungan, kita dapat mengubah dunia bahkan tanpa bantuan kelompok yang tidak patuh seperti Greenpeace.

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 26.06.2014:


[ LSM lingkungan, pasar mata uang, lembaga keuangan, Greenpeace, Wilayah Samudra Hindia Britania, saluran Wikileaks, Rainbow Warior ]

Wednesday, July 2, 2014

语言的生与死

在所有与人类息息相关的事物之中,语言可能是其中最重要的一项——比政治、种族,甚至金钱都重要得多。语言很可能是人类文化中与生俱来的部分:它让我们有别于动物,也让我们与众不同,并帮助我们在特定的地方形成了具体的社区。任何一个曾在其他国家,拼命想在附近找到一个能用英语为自己说明某事的人都将明白,在这种时候,当我们不能和他人交谈的时候,我们感到自己是多么不同被排斥。语言是我们传达感情和积极、消极情绪的方式;也是我们表达特定信仰和自己文化的工具。


正因如此,当听说在我们全球化的现代社会中,语言的数量正在缩减,才如此令人悲伤。据估计,全球现存6,0007,000种语言,到2100年,多达90%的语言都可能会消失。其中,许多语言的使用人数仅为10,000人或更少,随着老人去世,而越来越多的年轻人被迫使用世界的主要语言之一,以方便沟通和参与到全球经济中来,这些使用人数更少的语言的详细信息正在消亡。

我们可能会认为这并不重要——在一个拥有70亿人口的星球上,只有10,000人使用的语言,也许并不是那么至关重要?减少语言数量可能还是件好事儿呢,这样我们就更容易相互理解了。让我们想一想圣经故事巴别塔吧——显然,以前所有人都使用同一种语言,直到上帝担心我们在试图修建上天的高塔,并决定让每个人都使用不同的语言,以此迷惑我们,让我们互相为敌。如果我们这样想,再次使用同一种世界性的语言,也就更有利于我们相互合作,了解自己的同胞。

但是,我有不同的看法。每一种语言,即使只有极少数人在使用它,也是人们表达文化和情感的独一无二的方法。每一种语言都说明了各个群体看待世界的方式略有不同——想想那著名的故事吧,住在加拿大北部的因纽特人有40个不同的词汇来描述各种各样的雪(以及不那么出名的事实,英国人也有几乎同样多的词汇来表达各种降雨……)。保护它们,理解它们,有助于我们用不同的方式看待世界,同时也能帮助我们开阔思维。

即使语言只有些微改变,也能表达人类社会的文化多样性,虽然这一点正被现代社会逐渐吞噬。想想日前因俄语和乌克兰语的差别而达成的大宗交易吧,当乌克兰在官方场合暂时禁用俄语之后,俄语使用者即试图脱离乌克兰。作为一个局外人,这两种语言几乎完全一样——对身处俄语或乌克兰语文化的人来说,其中的差异却是巨大且重要的,因为这涉及到了他们所属的群体和社区。

如今,所有人都是残酷的资本主义社会秩序的一部分,伴随着单调的文化和经历。这让我们在很多方面受益,让我们拥有了更舒适的生活。但是,数千年以来,传统的生活方式也让人类获益良多,如果能至少保留小部分这类传统,不失为一件好事,同时,也有助于人数较少、较贫穷的社区保持与众不同,并为自己的身份自豪。语言就是这样的传统,这是身份的载体,在还来得及的时候,我们应该更加努力地保护不同的对话、书写和理解社会的方式。



[ 语言的生与死, 全球化的现代社会, 全球经济中来, 巴别塔, 残酷的资本主义社会 ]