Wednesday, February 26, 2014

警察的目标真是保护我们吗?

上周,英国终于就Mark Duggan事件进行了判决。在英国以外,可能并没有多少人知道Duggan这个名字,但是,他在无意间引起的事件却臭名昭著。Duggan20118月遭警察枪击致死,警察称Duggan当时持有枪支。伦敦的托特汉姆区因此爆发了抗议活动,并在随后升级,居民认为警察忽视了他们的担忧。很快就涌出了诸多问题,并开始爆发骚乱——人们烧毁了房屋、车辆和公交车,商店也被洗劫一空。暴力活动蔓延至伦敦的其他地区以及英国的其他城市,一共持续了五天,留下了大量被烧毁的建筑,为政客和供职于报纸评论专栏的业余社会学家提供了数月谈资。

现在,审讯结束了,事实和解释也已全部公之于众,同时也做出了裁定。Duggan尽管是个令人讨厌的角色,但实际上,当警察向他开枪时,他手无寸铁。不过,评审团认定警察向他开枪并导致其死亡的行为是合法的。尽管担心重复两年半之前发生的骚乱,但在物理意义上,一切都保持着相当的平静。但是,在这种平静的表面之下,英国的紧张局势却在发酵。

许多来自各方的政客都将这场骚乱视为单纯的犯罪活动——一群伺机趁火打劫的人利用了一个年轻人的死,抓住了因此呈现在他们面前的机会,尽可能多地从商店和住宅窃取财物。但是,这种解释所欠缺的,正是上周的审讯结果已证实的,即公众和警察之间的信任正在不断瓦解。托特汉姆区的居民不相信警察会为他们的利益着想,也不相信警官将因其枪击Mark Duggan的行为受到法律的审判,而这正是导致出现最初的抗议活动,并在随后升级的原因。

在过去几年间,与警察关系断裂的人并不只有那些参加骚乱的人。学生因反对削减课程或增加学费而发起的抗议活动也曾遭到镇压,警察经常会采取圈围策略——也就是说,学生们被全副盔甲的警察所包围,被迫连续数小时站在街上,只有在其身份得到确认、完成拍照之后才能获准离开。在一次抗议活动中,警察从后面袭击了一名无辜的路人,并导致该名路人丧失性命——同样,该名警官并没有受到任何重大的影响。

一般来说,英国的年轻人和工薪阶层正逐渐意识到警察并不能代表他们。他们察觉到警察代表的是由有权有势的人组成的权力机关,他们的主要目标就是侵扰、逮捕和监禁任何想要以任何方式挑战权势的人。警察的目标和他们所保护的政客及商人的目标一致——让穷人生活在贫困中,拿走他们的自由、金钱和生计,将其交给已经非常富有的阶级。Duggan审讯的结果只不过是强权和保护强权的警察相互勾结的最新印证而已。

但在NRGLab Ana Shell Fund,我们相信社会有其不同的一面。首先,处于贫困境地,并不能让一个人成为暴力镇压的目标,其次是减少专制监管的支出,投入更多资金创造条件,让所有人都能拥有更好的生活——社会支出、财富的再分配,用公众基金为公众谋取利益,包括实惠的可再生能源和住房供给。


从英文版翻而来。原文于 130, http://annie65j.blogspot.com/2014/01/are-police-really-there-to-protect-us.html

Mark Duggan, 时持有枪支, 政客都, 犯罪活动, 学生因反, NRGLab, Ana Shell Fund ]

Tuesday, February 18, 2014

Dying for sport – the real scandal of the World Cup

In addition to the recent media outrages over the Winter Olympics in Sochi, another international sporting event grabbed controversial headlines recently. After many months of avoiding the issue, the world governing body for soccer, FIFA, has announced that the 2022 world cup in Qatar will probably be played in the winter rather than the summer. This will be the first world cup to be held in the Middle East, and the event has never previously had to cope with the sweltering summer temperatures of that part of the world. The idea of the world’s best (and most expensive) players having to deal with 40C (104F) heat has proved untenable for FIFA, and the event will be moved.
This has generated criticism from traditional soccer-playing nations, especially those in Europe, whose domestic seasons are usually played through the winter months. The breaking down of ‘tradition’ and the disruption to the lucrative European soccer leagues is not going down well with fans, commentators, clubs, or…well, anyone, really.
If only this level of outrage could be generated about the labor conditions involved in building the world cup stadiums in Qatar. As with the Olympics, newspapers in other countries can always find some organizational flaws to complain about when it comes to the hosting of large sporting events, but those same newspapers are often conspicuously quiet about a much bigger problem – the exploitation of poor migrant workers in the building of stadiums and infrastructure to put on these events.
In this sense, Qatar is one of the worst offenders. Official records released last week show that at least 185 Nepalese workers died during construction of soccer stadiums in Qatar in 2013 alone. The number is expected to rise as more cases come to light, and that’s only the workers from Nepal. Qatar has a population of 2 million people, but only 250,000 of those are actual Qatari citizens – the rest are migrant workers, ranging from rich western expats working in banks and schools, to Filipino housemaids, to the Nepalese, Bangladeshi, and Pakistani laborers that are building the stadiums and roads. The causes of death included traffic accidents, falls, impacts from heavy objects, and a huge amount of deaths listed as ‘heart attacks’ – presumably either to cover up the real cause, or simply due to doing hours of strenuous work in searingly hot temperatures.
Despite the horrific figures, these deaths are considered secondary. They are reported in a few of the more serious papers, but will generally be forgotten by the time the 2022 world cup rolls around. The minor nationalism of sporting contests will take over again, and we’ll all cheer on our own teams (mostly European and South American), while ignoring the exploited poor from less sporting countries who had to die for our enjoyment. We’ll complain about the fact it’s in winter, and forget the hardships of those who allowed it to happen at all. And we’ll cheer on people who are paid millions of pounds, euros, and dollars, while pushing to the backs of our minds the lives of those who were paid a pittance.
At NRGLab, we stand against this dehumanization of migrant workers – the poor and unfortunate of this world have just as much right to comfort, fair wages, and good working conditions as the rest of us do. It’s something that we always strive for in our own work and our development of new energy technologies, and it’s something we think every employer should be working towards right away.

,,

Sunday, February 9, 2014

Benarkah Keberadaan Polisi untuk Melindungi Kita?

Rakyat Inggris akhirnya mendengar putusan vonis kasus seorang pria bernama Mark Duggan pekan lalu. Nama Duggan mungkin tidak dikenal di luar Inggris, namun secara tidak sengaja dialah pemicu peristiwa yang terkenal. Duggan tewas pada Agustus 2011, ditembak oleh petugas polisi yang mengklaim bahwa ia memegang sepucuk senjata. Unjuk rasa yang terjadi di wilayah Tottenham di London sebagai buntut dari peristiwa itu memanas karena warga merasa polisi mengabaikan keprihatinan mereka. Keadaan memanas dalam waktu singkat dan kerusuhan pecah - rumah, mobil, dan bus dibakar, serta toko-toko dijarah. Kekerasan menjalar ke bagian lain dari London dan ke seluruh bagian negara itu, dan berlangsung selama lima hari, meninggalkan banyak bangunan terbakar habis dan menjadi bahan tulisan untuk kolom opini di koran oleh para politisi dan sosiolog amatir selama berbulan-bulan.

Dan sekarang penyelidikan telah selesai, fakta-fakta dan analisis telah dibeberkan, dan keputusan pun telah diambil. Meskipun dianggap sebagai sebuah karakter yang jahat, Duggan ternyata tidak bersenjata ketika polisi menembaknya. Namun demikian, juri memutuskan bahwa dalam keadaan itu adalah 'legal' bagi polisi untuk menembak dan membunuhnya. Di tengah adanya kekhawatiran kerusuhan dua setengah tahun lalu akan terulang, yang terlihat oleh mata adalah keadaan yang cukup tenang. Namun, yang tidak terlihat adalah ketegangan yang mulai meningkat ke permukaan.

Banyak politisi dari berbagai partai menggambarkan kerusuhan tersebut sebagai aksi kriminal, sekumpulan penjarah oportunis yang memanfaatkan peluang yang timbul akibat kematian seorang pria untuk mencuri dari toko-toko dan rumah-rumah sebanyak yang mereka bisa. Namun ada yang luput dari analisis ini, dan seperti ditegaskan oleh kesimpulan dari pemeriksaan pekan lalu yaitu menurunnya tingkat kepercayaan antara masyarakat dan polisi . Masyarakat Tottenham tidak percaya bahwa polisi melakukan yang terbaik demi kepentingan masyarakat, dan tidak percaya bahwa para petugas polisi akan diadili atas tindakan mereka menembak Mark Duggan, dan inilah yang menyebabkan awal terjadinya unjuk rasa yang kemudian memanas itu.

Bukan hanya para perusuh saja yang mempunyai hubungan tidak baik dengan polisi selama beberapa tahun terakhir. Mahasiswa yang memprotes penutupan jurusan atau kenaikan biaya pendidikan pun dihadapi dengan penindasan. Mereka seringkali 'ditahan' oleh polisi – misalnya unjuk rasa dikelilingi oleh polisi bersenjata berat, mahasiswa dipaksa untuk berdiri di jalan selama berjam-jam, dan hanya diperbolehkan untuk meninggalkan tempat setelah diidentifikasi dan difoto. Seorang pejalan kaki tak berdosa tewas dalam sebuah unjuk rasa setelah polisi menyerangnya dari belakang, dan sekali lagi petugas polisi tersebut tidak menghadapi konsekuensi serius.

Orang-orang muda dan kelas pekerja di Inggris secara umum semakin menyadari bahwa polisi tidak mewakili mereka. Mereka mengakui bahwa polisi merupakan ekspresi dari otoritas yang berkuasa, dan tujuan utama mereka adalah untuk melecehkan,  menangkap, dan memenjarakan orang-orang saja yang menantang kekuasaan dengan cara apapun. Tujuan polisi sama dengan tujuan para politisi dan pengusaha yang mereka lindungi - untuk menjaga yang miskin tetap berada dalam kemiskinan, merampas kebebasan, kemerdekaan, uang, dan mata pencaharian mereka untuk diberikan kepada mereka yang sudah kaya. Hasil dari penyelidikan  kasus Duggan hanyalah sebuah contoh terbaru yang menunjukkan adanya kolusi antara yang berkuasa dengan polisi yang melindungi mereka.

Di NRGLab dan Ana Shell Fund, kami percaya pada visi masyarakat yang berbeda. Yaitu menjadi miskin tidak serta-merta menjadikan kita sebagai target represi kekerasan, keadaan yang lebih sedikit menghabiskan uang untuk kebijakan otoriter dan lebih banyak dipergunakan untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi semua umat manusia -  pengeluaran sosial, redistribusi kekayaan, dan penggunaan dana publik untuk barang-barang publik seperti energi murah dan terbarukan serta perumahan.


Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 30.01.2014: http://annie65j.blogspot.com/2014/01/are-police-really-there-to-protect-us.html

[ Mark Duggan pekan lalu. Nama Duggan, ditembak oleh petugas polisi, memegang sepucuk senjata, unjuk rasa Tottenham ]

Wednesday, February 5, 2014

在COP19中不知所措的气候输家

去年11月,最新一轮的联合国气候变化谈判在波兰华沙举行——我们也可以按政界人士的称呼,将其称为COP19。然而,来自中欧的消息却让人失望,即使是对最乐观的人而言——再一次,没有明显证据表明温室气体排放有所减少,同时在筹措资金资助较穷的国家处理气候变化相关事宜方面,也未能制定强有力的措施。



一些富裕的国家比其他国家表现得更为糟糕。当二十年前第一次举办谈判时富裕的国家同意在1990年的国内碳排放水平上减少6-8%。而在波兰举办的谈判上,日本却坚持它现在计划在1990年的排放水平上增加3%。此外,澳大利亚也变成了激进人士的目标,因为澳大利亚政府甚至否认气候发生了变化,也拒绝为对抗气候变化提供任何资金。与此同时,作为东道主的波兰还在COP19的对门安排了一场煤业会议,并声称北极的冰帽融化是一件好事儿,因为这将方便石油钻取。看来没有一个发达国家再严肃对待这件事儿了。

当然了,气候变化会谈给人们带来的失望很多,这些只是其中最新的消息。甚至于早在美国退出1997年京东议定书之后,就已然显现了缓慢向下的发展轨迹,并于2009年哥本哈根会议的争持和沮丧中达到高峰。从那以后,事情就再也没有得到真正的改善,任何一个观察家都可以告诉您,现在的谈判会议几乎就是可耻的展示,“赢家”试图尽可能少地给作为“输家”的国家提供帮助,而后者的人民正忍受着飓风和海平面上升的袭击。

在谈判中发生此事的原因是显而易见的。政府和企业中的很多人在我们的经济体系中变成了“赢家”,他们所依靠的是燃烧化石燃料、耗尽资源,并确保他们分得的蛋糕块儿尽可能大。他们不希望事情发生变化,因为这将意味着把他们的部分财富送给“输家”——那些所拥有的石油被窃取的人,环境受到污染的人,家园被极端天气条件摧毁的人。而“赢家”呢,他们有钱保护自己,避开了这些影响。要解决因气候变化而起的诸多问题,即意味着要处理一个非常大的问题——不平等。我们的经济“赢家”最不愿做的事情就是减少不平等,因为这意味着让更多的人进入他们专属的小小俱乐部——这就是为什么COP19变成了言语的巨人,行动的矮子。

但是,NRGLab采取了与之相反的做法。我们相信可以获得可持续的廉价清洁能源,同时这也应该是各个政府的第一要务——将花费在化石燃料上的资金,用来投资新的基础设施,以此帮助气候“输家”处理之前发生的污染行为造成的影响。



从英文版翻译而来。原文于 18, http://annie65j.blogspot.com/2014/01/climate-losers-pole-axed-at-cop19.html

[ 合国气候变化谈判, COP19, 中欧的消息, 温室气体排放有所减少, 气候变化, NRGLab 项目 ]